Amarah Terakhir
"Kau boleh merenggut semuanya tapi tidak dengan
ini!" jari telunjuk menunjuk dadanya dengan sangat berani. Gimik wajah dan
tatapannya begitu tajam. Dengan percaya diri ia berlalu dan meninggalkan Boy
yang kebingungan melihat tingkah wanita cantik itu.
Kaki jenjangnya berjalan semakin jauh. Hatinya bergemuruh.
Seperti masih tak terima dengan apa yang telah ia alami tujuh menit yang lalu.
"Kepahitan itu takkan pernah kulupakan! Tak sudi aku bersaing denganya,
piiuhh," muncratan air ludah dari bibir merahnya dijatuhkan ke tanah.
Debar-debar di dadanya belum juga hilang. Seketika langkahnya dihentikan oleh
laju mobil yang menekan tombol klakson sangat kencang. Hampir saja ia
tertabrak. Tapi ah, nasib baik masih bersamanya.
Tiga meter lagi, mobil merah yang 30 menit tadi ia parkir
disebrang taman berdiam dengan sangat menawan. Mobil yang ia beli dengan hasil
jerih payahnya bekerja keras diluar negeri selama 5 tahun. Wanita manis itu
rela membuang masa mudanya menjadi seorang TKW di negeri orang demi menghidupi
keluarganya. Namun semua hancur tak tersisa, otaknya mendidih, hatinya remuk,
kekuatannya runtuh. Ia masih menyimpan amarah. Hingga AC yang ada di dalam
mobil merah tersebut seakan mencipratkan panas-panas api dari neraka yang
membuatnya gerah.
Gas mobil ditancapnya dengan keras, tak pikir apa-apa mobil
itu menuruti perintah majikannya tersebut. Melajulah ia sesuai arahan.
Bermenit-menit waktu berlalu, masih tidak ada yang mampu menenangkannya.
Hatinya terus menggerutu dan memberontah.
Ternyata benar, segala sesuatu yang kau anggap baik ternyata
tidak selalu seperti itu. Rasa percayanya runtuh ketika melihat Boy sedang asik
bermesraan dengan wanita lain berambut pirang dengan make up tebal dan blush on
merah merona dipipinya bukan tampak membuatnya jadi lebih cantik. Justru
membuatnya terlihat seperti orang yang habis tertonjok oleh petinju kelas
dunia.
Ia tak mengerti lagi, mengapa laki-laki yang ia sayangi tak
mampu menjaga hatinya, seperti dia yang selalu menjaga hati untuk suaminya.
Apalagi yang ia cari? Apa benar manusia memang tidak pernah puas? Di mana
perjuangannya ketika aku rela berjuang ke luar negri jauh dan ia justru bersama
wanita lain bermesraan? Sepanjang perjalanan yang panjang, batinnya
bertanya-tanya.
Kemudian semuanya berubah menjadi gelap, seolah terbang
tidak ada yang mampu menahannya. Ia terbang bersama rasa marah. Meninggalkan
mobil barunya, meninggalkan suaminya, meninggalkan semua yang membuatnya kecewa
dan meninggalkan semuanya yang membuat ia terluka.
Dari langit, semua orang ia lihat sedang melihatnya. Manusia
berbondong-bondong mengelilingi mobil yang sudah tidak terbentuk lagi.
Sedangkan polisi sibuk menyelidiki mencari bukti-bukti mengapa itu bisa
terjadi. Orang panik mengerumuni tempat di mana ia pergi untuk selamanya. Bahkan
banyak orang yang berhenti sebentar hanya sekedar untuk mengambil foto dan
mengaploadnya ke sosial medianya masing-masing. Mobil yang ia kendarai menjadi
satu-satunya saksi bisu, saksi yang bisa dijadikan pelajaran betapa amarah yang
tak mampu diolah, mampu mendekatkan kita pada kematian ketika berkendara.

Komentar
Posting Komentar