Mimpi Indah Menjadi Nyata



Di suatu kamar, di malam yang gelap dan penuh keheningan. Mata Anggun menatap tajam ke atas. Papan putih dengan lampu terang menyinari seluruh penjuru ruang. Badan kurus yang merebah pada matras tipis yang tidak empuk itu terasa sangat lelah. Tak ada waktu untuk sejenak mengeluh dengan dirinya setelah seharian bekerja diluar melewati hari-hari monoton dan kebiasan sama secara berulang. Banyak piluh yang dirasa. Namun tak membuatnya lupa melakukan ritual suci sebelum tidur. Mengirimkan harapan sebelum ia benar-benar terlelap.

“Semoga tahun ini, waktu akan cepat berlalu, dan mengantarku bertemu dengan ibu. Serta membawa uang yang banyak agar ia tak perlu bekerja keras lagi, menyiksa tubuh kurusnya yang sudah mulai merapuh termakan obat-obatan." Harapan yang selalu ia kirimkan ke Tuhan. Itulah harapan sederhana yang selalu ia ucapkan sebelum matanya benar-benar tertutup. Harapan seorang gadis desa yang ingin ibunya segera pulih dan kembali sehat seperti dulu. Sambil memejamkan mata, ia menggenggam dengan erat mimpinya tersebut. Lalu ia bawa tidur, berharap pagi besok, mimpinya akan menjadi nyata. Meski kapan besok itu kan terjadi, ia tak pernah berhenti berharap, apakah besok, atau besoknya lagi, dan besoknya lagi, entah berapa besok yang harus ia lalui hingga ia sampai pada apa yang ia ingini, ia terus berharap, berharap dan berharap, tanpa kenal lelah tanpa kenal putus asa, ia terus percaya, bahwa Allah ada selalu bersamanya untuk membantunya, meski semua terasa tak mudah, ia pasti akan sampai. Sampai pada semua, semua yang membuatnya merasa lebih baik.

Namun saat besok terjadi, tak ada yang berubah, hari-harinya sama saja, pagi sekali, sangat pagi, ketika ayam belum berkokok, matahari belum bersinar, tubuh kurus itu harus terbangun, melawan rasa kantuknya. Bahkan jarak antar menutup mata dan membuka mata hanya ibarat berkedip.

Waktu tidur tak cukup untuk membayar semua rasa lelahnya kemarin, sedangkan hari ini, ia sudah harus bergerak lagi, melanjutkan rutinitas yang sama dengan kemarin.

Pagi sekali, ia harus bangun untuk mandi, beribadah, dan keluar, menuju rumah mewah yang berada di kawasan elit yang ditinggali para pejabat, pengusaha dan orang kaya. Anggun selalu ingin seperti mereka, yang tanpa perlu bangun sepagi dia hanya untuk bekerja, Anggun selalu ingin seperti mereka yang pergi ke mana-mana menggunakan mobil mewah, Anggun selalu ingin seperti mereka yang selalu dilayani dan dihormati oleh orang banyak, sedangkan mereka, justru melakukan hal sebaliknya kepada orang yang dianggap tak sebanding dengan mereka. Tak terkecuali majikan Anggun.

Terkadang rakyat miskin sepertinya hanya diperlakukan sebelah mata, tak ada rasa hormat apalagi dihargai. Hanya sebatas babu yang disuruh-suruh, dimarah-marah dan digaji dengan upah yang tak seberapa. Ah, untuk mengeluh pun percuma, semua takkan mengubah keadaan. Begitulah risikonya sebagai pembantu, di suruh apa saja, ya harus mau.

Pagi sekali ia harus sudah berada di rumah mewah itu untuk menyiapkan makan. Dan sorenya ia boleh pulang untuk melakukan pekerjaan lainnya yaitu berjualan koran diperempatan lampu merah.

Hari demi hari, setiap hari, hampir tak ada kata libur di hidupnya, hari-harinya dilewati dengan penuh kerja keras. Namun memang mimpi terkadang tak sesuai dengan kenyataan. Mimpi tak seindah harapan. Tidak semudah itu mewujudkan mimpi. 


Tapi meskipun tidak mudah, bukan berarti tidak bisa. Semua orang pasti bisa mewujudkan mimpinya, semua orang pasti bisa menggapai mimpinya asal ia mau berusaha dan berjuang serta yakin atas setiap impian yang ia miliki. 
 yang merupakan seorang pengusaha yang memiliki perusahaan. Di kalangan teman-temannya majikan Anggun tidak begitu kaya. Namun, mobilnya ada, rumahnya mewah, anaknya selalu berlibur ke luar kota, istrinya selalu punya baju indah, tas mewah sepatu yang mahal harganya dan hal itu sesuatu yang tak seberapa dibanding teman-teman majikan lainnya. Lagi pula, majikannya hanya memiliki satu pembantu yaitu Anggun. Itu pun Anggun hanya bekerja dari jam 5 pagi sampai jam 4 sore. Setelah itu, Anggun bebas ke mana saja untuk melakukan pekerjaan yang lain. Gaji yang didapat pun tak seberapa dibanding harga obat yang harus dibeli untuk menyembuhkan penyakit ibu.

Tak juga sebanding denga pekerjaan yang harus dikerjakan Anggun setiap hari
 Menyediakan makanan, menyuci, menyapu, menyira halaman, menjemur pakaian, dan segala pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya.



Semua orang memang dilahirkan untuk sukses. Hanya saja tidak semua orang mau berjuang dan berupaya untuk menjemput kesuksesannya tersebut. Sebab semuanya tergantung kita, apakah kita serius atau tidak untuk sukses.

Kita bisa bila kita mau berusaha, kita bisa bila kita benar-benar ingin dan berjuang utnuk mencapai apapun itu meskipun berat sekalipun. Yang kita inginkan itulah yang akan kita dapatkan.

Menyadari hal itu, ia akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Walaupun terkadang ia merasa lelah dan dirundung rasa malas. Ia tetap harus terus berjuang. Ia harus terus berusaha demi sebuah impian yang sudah lama ia idamkan. Ia harus terus berjuang ia yakin atas mimpi-mimpinya. Ia percaya bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Ia percaya akan hal itu. Ia percaya sekali bahwa mimpinya suatu saat nanti akan menjadi nyata bila ia terus berusaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Percakapan!

Kubenci Aku!!!

Analisa Mimpi