Dituntut Sempurna
Apa yang akan kamu lakukan, jika ibumu selalu menuntutmu menjadi sempurna dan memaksamu untuk menjadi sesuatu yang tidak kamu inginkan serta selalu menyalahkan kekuranganmu yang bahkan kamu sendiri tidak ingin memiliki kekurangan tersebut?
Izinkan aku untuk bercerita sebentar, aku adalah anak introvert,
aku tidak pandai bersosialisasi, aku terlalu pendiam dan pemalu serta cenderung
menutup diri dari lingkungan. Sejujurnya aku juga tidak suka sifatku yang ini,
karena Ibuku setiap hari selalu memarahiku jika aku tidak ramah pada orang.
Ibuku ingin, aku menjadi anak yang memiliki banyak
teman, yang pandai berbicara dan pandai bersosialisasi. Pokoknya ia tidak mau
aku menjadi anak yang suka menyendiri. Aku sudah berusaha untuk menuruti keinginannya,
namun sialnya aku tak pernah berhasil melakukannya.
Teman dekatku tak pernah banyak, bisa dihitung jari.
Aku tak pernah nyaman jika harus berteman terlalu dekat dengan banyak orang.
Namun, ibuku tidak pernah suka dengan sifatku yang ini.
Nyaris setiap hari aku selalu dinasihati untuk lebih
sering bersosialisasi, lebih ramah pada orang, lebih sering menegur orang, dll.
Bukannya aku tak ingin untuk bersosialisasi, aku juga ingin menegur orang lebih
dulu, tapi jauh di dalam hatiku ada rasa yang menahanku untuk melakukan itu.
Aku terlalu pemalu untuk berani memulai percakapan dengan orang baru yang aku
tidak kenal.
Aku tidak nyaman bila harus berkumpul di tengah
orang-orang banyak. Aku tidak nyaman bila harus bercerita banyak hal kepada
orang yang baru kukenal. Aku tidak nyaman bila harus menghabiskan waktu untuk
bercengkrama basa-basi dengan orang asing. Intinya aku tidak nyaman berada di
keramaian dan harus bertemu banyak orang.
Tapi, orang tuaku selalu menuntutku untuk melakukan
hal-hal yang membuatku tidak nyaman itu. Mereka ingin anaknya yang introvert
ini menjadi anak yang ekstrovert. Aku bingung aku harus apa. Aku tidak
tahu harus memulai dari mana.
Aku sudah mencoba mengkomunikasikan kepada mereka
bahwa aku memang tipe orang yang pemalu, dan kuakui aku masih terus melawan
rasa pemalu itu agar aku lebih berani.
Namun di satu sisi, aku menemukan sudut pandang baru
yang lebih menarik dari seseorang di IG. Beliau memberiku sudut pandang baru
bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dari diri kita. Segala kekurangan dan
kelebihan yang kita miliki adalah satu paket komplit yang justru membuat kita
sempurna.
Belajar menerima sisi gelap dan terang diri adalah
salah satu cara untuk mencapai keseimbangan dalam hidup. Dan ketika hidup yang
kita jalani seimbang maka semua akan terasa menyenangkan.
Di tengah usahaku untuk menerima kekurangan dan
kelebihanku sebagai sesuatu yang membuatku utuh, aku selalu dituntut oleh orang
tuaku untuk menjadi sesuatu yang tidak aku mau.
Tuhan apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin
membuat hati ibuku kecewa karena tidak bisa memenuhi harapannya, tapi aku juga
tidak bahagia atas tuntutan dari beliau. Aku bingung Tuhan.
Saat aku menuliskan ini, tiba-tiba di dalam kepalaku
suara ini muncul, “Penuhi dirimu dengan rasa syukur dan bahagia. Penuhi hatimu
dengan rasa ikhlas dan sabar. Penuhi hatimu dengan rasa cinta. Apa pun yang ada
di dalam hatimu, semuanya akan terpancar keluar. jangan membenci dirimu.
Kebencianmu terhadap dirimu sendiri akan membuatmu melihat dunia dengan rasa
benci pula.
Jangan menebar kebencian. Terimalah dirimu apa adanya.
Berdamailah dengan sisi gelapmu. Pelajari dan kenali dirimu. Kau berharga
dengan segala kurang dan lebihmu. Kau bermakna meski kau tak menyadari itu.
Teruslah belajar menerima dirimu. Teruslah belajar mengenal dirimu. Teruslah
belajar untuk memenuhi hatimu dengan cinta.
Cinta yang kau tanamkan di dalam hatimu akan terpancar
keluar dan menerangi sekitar. Jangan membenci orang tuamu. Setiap orang tua
selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya meski cara yang mereka lakukan
tidak selalu baik.
Tetap kasihilah mereka, tetap cintailah mereka. Apa
yang telah mereka lakukan adalah cara mereka menunjukkan rasa cintanya, walau
caranya tak selalu membuatmu merasa bahagia. Bersyukurlah karena mereka masih
ada. Berterima kasihlah karena mereka begitu peduli padamu. Cintai mereka
karena itulah tugasmu sebagai anak.”
perasaan sendiri dan kesepian hadir krn temanmu si pembaca buku dan hobbi menulis yg frekwensinya sama kya km. lagi sibuk mencari tahu keberadaanmu. dia jg pikir dirinya hanya sendiri.
BalasHapusohiya, apa kamu juga merasa dirimu sendiri?
Hapusiya, tp itu ada penjelasannya...kupikir petualang dan pembaca buku semuanya akan merasa seperti itu. klo km di Jepang mungkin tidak aneh, tp ini Indonesia yang budaya bacanya rendah dan orang2nya cendrung abu-abu, kita hanya akan dipandang aneh. tp itu resiko bergelut dengan pemikiran dan buku2 sepanjang tahun.
Hapusapa kamu menganggap dirimu aneh kak?
Hapusmungkin org-org yg menganggapku bgitu. aku tidak mau pikirkan aku aneh. aku hanya sedikit beda...
BalasHapusYah, kita beda dengan karakter dan kepribadian kita masing-masing. Meski pada dasarnya kita adalah satu kesatuan yang utuh (keuTuhan), yang sama-sama berasal dari Sang Sumber.
Hapusaku ingat...klo penulis yang memgarahkan hati orang lain sedih atau bahagia bukan sebaliknya. lagi pula saat sepi ilham akan mudah hadir. kita bukan orang yang suka obrolan basa-basi. apalagi yang mendikte kita aneh, hanya krn kita tak ikut campur pada hal remeh-remeh dalam dunia mereka yg terbatas.
BalasHapusBenar sekali! Tidak suka ikut campur urusan orang, tidak suka suka didikte. Waaah, kita sehati.
Hapusmungkin krn yang kita alami dan peristiwa-peristiwa yang kita lihat tidak jauh berbeda. aku jg punya perpustakaan kecil di rumah dan tumpukan koran lawas dan catatan-catatan peristiwa. lengkap dengan mamaku yg cerewet yang melihat benda-benda itu tidak berguna.
Hapusahahaha, aku merasa relate. lengkap dengan mama yang cerewet dan suka marah-marah ya
Hapus