Pembelajaran Kehidupan
Oke, aku telah memaafkannya, meski dia tidak meminta maaf. Aku juga telah memaafkan diriku yang merasa sakit hati karena perlakuan buruknya. Aku telah memaafkan semua yang terjadi karena aku tahu bahwa ini bukan soal salah atau benar melainkan ini tentang pembelajaran.
Aku sadari bahwa
selalu ada pembelajaran yang bisa didapatkan dalam setiap kejadian yang kita
alami, baik itu kejadian pahit maupun manis. Di sekolah, kita belajar dan kita
akan diberikan ujian setelah pembelajaran berlangsung.
Kita akan
diuji apakah sudah benar-benar memahami setiap pembelajaran yang diberikan di
kelas dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi
pembelajaran. Lalu akan dinilai seberapa banyak kesalahan dan kebenaran yang
kita lakukan.
Jika banyak
salahnya, kita diminta untuk belajar lagi agar bisa mengikuti ujian dengan nilai
yang tinggi, kita biasa menyebutnya remidi. Namun, jika lebih banyak benarnya,
itu artinya kita dirasa telah menguasai pelajaran. Tidak peduli apakah jawaban
itu kita dapatkan dengan hasil menyontek asalkan tidak ketahuan, semua akan dipercaya.
Selama jawaban
kita banyak benarnya, kita akan dianggap telah paham dan dianggap siap untuk naik
kelas. Ya meski pada kenyataannya, kita tidaklah benar-benar paham, karena saat
ujian berlangsung ternyata kita diam-diam menyontek. Dan kelak, ini justru akan
menyulitkan kita sendiri, karena kita akan terus menyontek karena ujian yang
mudah saja, tidak kita pahami, apalagi ujian dengan level yang tingkatannya
lebih tinggi.
Berbeda
dengan sistem pembelajaran dalam kehidupan yang tidak seperti sistem belajar di
sekolah. Kehidupan akan memberikan kita pengalaman, yang kita jadikan sebagai
pembelajaran. Kita tidak akan diuji dengan test pertanyaan-pertanyaan seperti
di sekolah. Namun cara kehidupan menguji kita adalah dengan langsung memberikan
kita konflik-konflik.
Kehidupan akan
melihat bagaimana cara kita menyelesaikan konflik yang terjadi. Apakah kita
bisa menyelesaikannya dengan baik atau tidak. Terkadang, kita berbuat salah,
curang, gegabah, dll dalam menyelesaikan masalah kita. Namun tak jarang pula kita
melakukan tindakan yang benar, karena telah mendengarkan dan mengikuti kata
hati.
Kata hati
adalah kunci jawaban yang telah diberikan oleh kehidupan untuk kita menemukan
jawaban atas setiap masalah/konflik yang ingin kita selesaikan. Penting untuk
kita selalu mendengarkannya. Sebab kata hati ibarat kompas yang akan memberikan
kita petunjuk jalan mana yang tepat untuk ktia lalui.
Untuk mengetahui
apakah kita salah atau benar, sangatlah mudah. Perhatikan saja perasaan hati
kita. Indikasi dari perbuatan salah kita adalah, kita akan merasa sedih, takut,
gelisah dan khawatir. Indikasi dari perbuatan benar kita adalah, kita akan
merasa tenang, damai dan bahagia.
Jadi, jika
saat ini kita merasa lebih banyak takutnya, sedihnya, gelisahnya, bisa
dipastikan bahwa ada hal yang perlu kita perbaiki. Namun, jika kita lebih sering
merasa tenang, damai dan bahagia, itu artinya kita telah melakukan apa yang
suara hati kita katakan.
Tapi apakah
tulisanku ini benar adanya?
Aku tidak
benar-benar tahu, karena aku juga mengarangnya. Aku menuliskan ini hanya mengikuti
isi hatiku. Jika ini benar untukmu, maka aku selaras denganmu, jika ini tidak
benar untukmu, maka kau dan aku tidaklah selaras, maka aku menyarankanmu untuk abaikan
saja tulisan ini. Tidak usah diambil pusing. Cukup jadikan tulisan ini untuk
menambah wawasanmu dalam melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda
denganmu.
Ada pembelajaran dari kesalahan yang apabila di lakukan secara bersama (pasangan) maupun individu (salah satu dari pasangan) yang menjadi pembeda untuk penyelesaiannya. Poin sempurna kamu bisa maafin diri kamu terlebih bisa maafkan yang merusak suasa hantimu sengaja maupun tidak sengaja. Ingat "Mengapa takut pada lara sementara semua rasa bisa kita cipta, akan selalu ada tenang disela-sela gelisah yang menunggu reda"
BalasHapusM. A
terima kasih sudah menyempatkan mampir dan membaca tulisan ini :)
Hapus