Benarkah Banyak Bertanya Bisa Menyesatkan?
Tuhan, aku tidak mengerti banyak hal. Segala pertanyaan random seringkali bermunculan tumpang tindih di kepala. Seolah menjadi kepingan puzzle yang entah kapan akan tersusun sempurna. Aku terus bertanya entah menjadi apa puzzle ku nanti. Gambaran apa yang akan divisualisasi?
Teka-teki
hidup satu persatu terjawab, sementara yang lain tetap dengan misteri dan
rahasianya. Sedikit demi sedikit muncul ke permukaan. Beranjak naik menyentuh
luka-luka yang selama ini tersimpan rapi dan siap untuk menjerit ketika sedikit
saja disentuh. Terkadang terasa sakit namun selalu berusaha untuk kuterima.
Gamang kadang
menghampiri, cemas, gundah, takut, khawatir turut menemani, walau semua selalu
berusaha untuk kutepis. Hal-hal yang tak berani kulihat, tak mau kuakui
keberadaannya, kini mulai bermunculan menampakkan diri. Tak pernah kusangka karma
datang secepat ini. Seperti bintang jatuh yang melesat cepat kemudian hilang
entah kemana. Tak lagi terlihat.
Orang-orang
mencoba menghentikanku. Mereka menakutiku, memintaku untuk tidak melakukan
hal-hal yang kusukai. Dijadikannya dosa sebagai alasan agar aku berhenti.
Tapi jauh di
dalam relung hatiku, selalu bertanya, jika memang ini tidak baik, lalu mengapa Tuhan
mengizinkan perasaan ini tumbuh dengan subur? Jika memang ini berdosa, lalu
mengapa Tuhan menciptakan perasaan ini begitu nikmat dengan sangat jelas?
Mengapa Tuhan
mengizinkan perasaan ini tumbuh, jika pada akhirnya membuatku berdosa?
Tapi,
bagaimana jika dosa itu bukanlah dari Tuhan? Bagaimana jika dosa hanya dibuat
oleh manusia untuk menakut-nakuti manusia lain agar takut melakukan hal-hal
yang disenangi. Sehingga manusia hidup dalam rasa takut. Tapi untuk apa manusia
melakukan hal itu?
Jika memang
benar seperti itu, mengapa manusia bisa sejahat itu?
Oh, aku
mengerti sekarang, apa ini juga sebabnya mengapa manusia pada akhirnya sibuk mencari-cari
kebahagiaan, padahal jika mereka sadari, kebahagiaan telah ada bersama mereka bahkan
tanpa perlu dicari.
Kebahagiaan
telah bersama kita dan selalu bersama kita. Itulah yang aku pahami.
Yang kutahu,
Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tiada Tuhan selain itu. Yang kutahu, Tuhan
selalu memberikan yang terbaik untuk semuanya. Jadi kurasa, tidak mungkin jika
Tuhan dengan isengnya menciptakan manusia jahat.
Ooh, apa
itu artinya sebenarnya tidak ada manusia yang benar-benar jahat? Mungkin saja,
jahat hanyalah sebuah penilaian yang kita gunakan untuk membedakan sesuatu yang
boleh kita lakukan dan tidak.
Bagaimana jika
jahat hanyalah sebuah perasaan? Kita merasa bahwa itu jahat karena telah
membuat kita menderita, padahal penderitaan hadir karena pemikiran kita saja.
Bagaimana jika
semua yang terjadi hanyalah sebuah permainan pikiran? Jika benar begitu, aku
ingin memikirkan hal-hal yang baik dan menyenangkan sajalah. Lalu, dari mana
asalnya pemikiran yang buruk dan jahat?
Hmm, bagaimana
jika baik dan buruk itu adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan? Bagai sebuah
koin yang memiliki dua sisi. Mereka berada di satu tubuh yang sama namun
menghadap ke arah yang berbeda.
Persis seperti
tubuhku. Iya, tubuhku hanya satu, tapi pikiranku terbagi menjadi 2. Pikiran baik
dan pikiran buruk.
Tapi, aku
bukanlah pikiranku. Aku bukanlah tubuhku. Lalu, siapakah aku? Ternyata, sulit
juga ya mendefinisikan siapa aku.
Ah, aku tidak
mengerti mengapa aku bisa berpikir sampai ke sini. Mengapa pula, aku memikirkan
ini. Terlalu banyak bertanya, akhirnya pusing sendiri. Ahahaha. Tapi aku selalu
suka ketika aku menemukan jawaban dari pertanyaan randomku. Selalu ada sensasi
menyenangkan di sana. Seperti mendapat pencerahan.
Ohiya, aku
sering ditakut-takuti jika pertanyaanku mulai keluar batasan.
“Hati-hati,
nanti kamu sesat, hati-hati jangan banyak-banyak mikir nanti gila, hati-hati nanti
Tuhan marah, dsb,” kurang lebih seperti itulah nasihat dari orang yang katanya
peduli padaku.
Padahal aku
suka melakukan itu, apa yang salah dari berpikir dan bertanya? Kenapa harus
dilarang-larang. Kenapa harus takut sesat? Sementara kita punya Tuhan yang
selalu akan menuntun kita kepada jalan kebenaran.
Aku heran,
dan tidak habis pikir, mengapa kita takut tersesat, apa kita tidak percaya
bahwa Tuhan akan selalu memberi petunjuknya selama kita mencari? Mengapa pula Tuhan
marah, hanya karena sebuah pertanyaan? Apa Tuhan sepemarah itu? Ah, aku tidak
yakin, Tuhan bukanlah manusia yang gampang marah, hanya karena masalah sepele.
Tuhan baik dan selalu baik, Ia akan menuntun kita, jika kita salah jalan, bukan
malah marah.
Mengapa manusia lain sering melarang dan mengatur-ngatur hidup orang? Jangan begini, jangan begitu, nanti begini, bla bla bla. Sangat menjengkelkan.
Katanya sih, itu karena mereka peduli, lagi pula sebagai manusia harus saling mengingatkan bukan? Tapi, apa orang pernah berpikir, ketika ia mengingatkan orang lain karena merasa peduli, di saat bersamaan, orang lain yang ia ingati ternyata tidak terima dan sakit hati karena belum siap menerima pesan yang ia sampaikan?
Haduh,
pusing, untuk apa melarang orang melakukan hal-hal yang mereka senangi? Toh,
jika memang apa yang dia lakukan salah dan tidak baik, karma sudah siap
menghampiri. Semesta sudah siap membalas perbuatan kita masing-masing.
Yasudah, biarkan
saja orang lain melakukan sesuatu yang mereka suka, tidak perlu dilarang, jika
pun salah, toh pada akhirnya mereka sendiri yang akan bertanggung jawab atas
apa yang mereka lakukan. Mereka juga bisa belajar dari pengalaman mereka
sendiri. Bukankah belajar dari pengalaman akan terasa jauh lebih membekas daripada
belajar hanya dari kata-kata orang yang belum tentu juga kebenarannya?
Kita fokus
saja dengan diri kita sendiri, tidak perlu repot-repot urusin orang lain, jika pada
nyatanya masih banyak juga hal yang harus kita benahi di diri kita. Yah, fokus
saja dengan pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Jika kita telah
bertumbuh, orang-orang yang berada di sekitar kita pun pasti akan terus
menyesuaikan dirinya dan ikut bertumbuh bersama-sama. Ini jauh lebih baik
daripada sibuk menilai orang lain.
selagi kita bertanya pada orang yang tepat maka tidak akan ada masalah...
BalasHapus