Bencana yang Menjadi Berkat
Hah, aku selalu tidak habis pikir dengan cara semesta yang menuntunku untuk belajar tentang diriku lebih dalam lagi. Sebelum aku tergerak untuk menulis tulisan ini, aku digerakkan terlebih dulu untuk menemukan file tentang luka batin yang kutulis di tanggal 9 juli 2022.
Di tulisan
itu, aku mengeluhkan segalanya. Aku menuliskan kembali pengalaman-pengalaman
buruk yang kualami semasa kecil. Intinya aku merasa diriku menjadi korban gunung
meletus. Aku mengibaratkan, amarah orang tuaku sebagai gunung berapi yang
mengeluarkan lava panasnya dan menghancurkan segala di sekitarnya tanpa pandang
bulu.
Aku merasa
dihancurkan, aku merasa menjadi korban, aku merasa yang paling menderita, aku
selalu ingin pergi mengungsi jauh-jauh, tapi ini adalah rumahku, sejauh apa pun
aku pergi, rumah selalu menjadi tempatku kembali pulang.
Hingga aku
hanya bisa memendam segalanya, yang ternyata itu membentuk suatu luka di dalam
hatiku. Orang-orang menyebutnya sebagai luka batin. Karena kejadiannya yang sering
terjadi dan berakhir tanpa kesadaran yang meningkat, membuatku sulit untuk
menerima keadaan diriku.
Aku
tersenyum ketika membaca tulisanku itu. Ternyata bukan tanpa alasan, ada pemahaman
baru yang semesta ingin sampaikan padaku hari ini. Jika saat menuliskan tulisan
keluhan itu aku mengibaratkan papa seperti gunung meletus ketika marah. Ia menghancurkan
segala yang ada di sekitarnya dengan lavanya.
Kini aku
menyadari bahwa bekas letusan itu, telah membuat tanahku menjadi tanah yang
subur. Abu vulkanik berupa amarah itu ternyata kini telah menjelma menjadi
pupuk alami yang tidak disadari membuat tanahku menjadi subur.
Aku bisa bertumbuh
menjadi batang yang jauh lebih kuat dengan akar yang kokoh membumi dan daun
yang jauh lebih lebat dari sebelumnya. Jika kemarin, aku hanya menganggap
diriku sebagai korban gunung berapi. Tapi kini, aku menyadari aku telah
bertumbuh dari kejadian itu.
Di saat musibah
terjadi, seringkali kita memilih untuk merasa menjadi korban, merasa paling
menderita, merasa paling sedih dan terpuruk, hingga kita lupa melihat bahwa di
balik kejadian itu ada hikmah yang bisa kita nikmati nantinya, yah meski butuh
waktu untuk bisa menyadari ini.
Dan hari
ini aku telah menyadari bahwa lahanku telah menjadi subur. Tangisan dan tetesan
air mata saat itu, menjelma menjadi sumber mata air yang menumbuhkan tumbuhan
di sekitarnya. Pohonku yang mulai meninggi menjadi pelindung untuk tumbuhan-tumbuhan
kecil di sekitarnya.
Aku membangun
kembali rumahku yang hancur. Mengganti furniturenya dengan barang-barang baru
yang lebih baik dari sebelumnya. Aku bukanlah aku yang dulu. Aku telah bertransformasi
membuang segala hal yang tidak lagi selaras denganku dan memetik nilai-nilai baru
yang lebih sesuai denganku kini.
Tidak mudah
untuk sampai pada pemahaman ini. Malam-malam gelap yang kulalui dengan deraian
air mata, telah menemukan cahayanya kembali. Bunga-bunga di tamanku mulai
tumbuh bermekaran dengan ceria dan penuh warna.
Hari ini
aku juga menyadari, dari luka-luka yang telah papa beri, ternyata tanpa sadar
membangkitkan bakat penyembuh di dalam diriku. Memang, aku belum terlalu tahu toolsnya
dan bagaimana cara menggunakanannya dengan benar. Sebab buku panduan yang
diwariskan, menggunakan bahasa yang tidak kumengerti, hingga membuatku harus belajar
lebih keras lagi agar bisa memahami dan menggunakannya sesuai dengan
kegunaannya.
Kurasakan kesadaranku
sedikit demi sedikit mulai meningkat. Untuk hari ini, dan tidak ada yang menjamin
bila besok kesadaranku akan tetap terus meningkat, bisa saja akan stuk atau
bahkan turun lagi. Aku masih belajar dan akan terus belajar. Tidak selalu
berhasil, tapi kuusahakan untuk tidak terus-terusan gagal.
Kucoba mencari
garis merah yang membentukku sampai saat ini. Meski aku tidak terlalu dekat
dengan papa, tapi DNA yang paling dominan diwariskan kepadaku adalah DNA dari
papa. Terkadang, aku tidak suka perlakuan papa ketika ia sedang marah. Tapi,
aku juga menyadari bahwa ternyata, cara marah itu, justru menuntunku pada jalan
yang saat ini sedang kulalui.
Aku tahu,
papa begitu mencintaiku. Aku tahu papa memiliki hati yang begitu lembut. Papa begitu
mudah tersentuh. Namun, papa memiliki banyak luka yang tidak disadarinya. Dan luka
itu,tanpa sengaja ia wariskan kepadaku.
Dan ketika untuk
pertama kalinya aku menyadari itu, aku marah, aku tidak terima, aku protes kepada
Tuhan. Mengapa Tuhan melahirkanku di dalam keluarga yang memiliki banyak luka
dan pemarah?
Namun, seiring
waktu berjalan. Ketika aku tetap memilih bertahan menghadapi setiap musim di
dalam hidupku. Kudapati cinta yang bertumbuh di dalam hatiku dengan akar yang
semakin kuat menjangkau kedalaman-kedalaman hatiku.
Tidak nyaman
untuk berada di posisi ini. Tapi di saat aku memilih untuk terus bertumbuh, tanpa
sadar, ternyata batangku telah menjulang tinggi. Aku bukanlah aku yang dulu. Aku
telah melampaui kemarahanku, luka-lukaku kupeluk erat, kujadikan ia sebagai
pupuk yang membuat akarku membumi dengan kuat.
Aku bersyukur
menyadari ini. Karena jika tidak, aku tetap akan marah pada keadaanku dan mati
bersama takdir-takdirku. Karena setelah kehancuran yang disebabkan gunung
meletus, akan selalu ada kehidupan baru yang menawarkan banyak kebaikan.
Aku
menyadari bahwa sesuatu yang saat ini kita anggap sebagai bencana, bisa saja
menjadi berkat di hari-hari yang akan datang. Terima kasih Tuhan, terima kasih
untuk kesadaran ini.
Yakinlah bahwa setelah gelap terbitlah terang, namun sebelum gelap itu hilang , gelap itu telah meninggalkan ketakutan yg mendalam
BalasHapusiya, betul. gelap bisa meninggalkan ketakutan mendalam yang sulit untuk disembuhkan selama kita tidak bisa menerima kegelapan seutuhnya
Hapusitulah mungkin dalam berita atau film kata semua ada hikmanya selalu terucap. sekarang kamu jadi tau sesuatu yang diam jika marah seperti apa... kata-kata yang kau tuliskan kini hidup dan berwarna-warni. pandanganmu akan dunia akan berbeda mungkin sedikit lebih baik daripada aku ketika memaknai kata kehilangan atau keikhlasan krn aku tak pernah melewati semua itu.
BalasHapusbenar kak, ketika kita mengalami hal-hal yang berat, dan kita belajar untuk menerimanya, secara tidak langsung cara pandang kita pun akan berubah dalam melihat kehidupan ini. jadi tidak perlu takut jika nanti dihadapi dengan situasi yang sulit, karena pasti akan ada kehidupan baru yang jauh lebih indah menanti kita
HapusJika sudah berada pada situasi itu dan sudah merasakannya maka kita bisa kuat untuk menghadapi ujian dan cobaan kehidupan yg lainnya
BalasHapusaku selalu ingat kata-kata ini, "apa pun yang tidak berhasil membunuhmu, itu akan membuatmu semakin bertambah kuat."
Hapusiya benar...
BalasHapus