Berbincang dengan Alam
Udara hari
ini dingin sekali. Pagi tadi kuajak diriku berkencan ke pantai. Karena ini hari
minggu, aku ingin memanjakan diriku sendiri dengan solo traveling. Wkwkwwkw,
solo traveling. Aku ngakak sendiri baca ini. Udah kayak traveling
sendirian ke tempat yang jauh aja, padahal masih di satu pulau dan kota yang
sama.
Tapi anggap
aja ini perjalanan yang jauh dan mengasyikkan karena aku benar-benar traveling
sendirian. Aku selalu senang jalan-jalan sendiri, karena menurutku, selalu ada
hal-hal baru dan menakjubkan yang bisa aku temukan selama perjalanan.
Pagi ini,
pantai masih nampak sepi. Aku berjalan di pasir tanpa alas kaki. Kurasakan dinginnya
udara pagi, dan butiran pasir menyentuh telapak kakiku dengan lembut. Sesekali gelombang
menjangkau kakiku. Kurasakan sambutan hangat darinya.
Aku tersenyum
menikmati sensasi itu. Matahari bersinar dengan ritmenya. Lambat namun pasti,
ia merangkak naik, dan menyinari bumi.
Kuambil
posisi ternyaman, sambil duduk menatap garis cakrawala yang membatasi langit
dan laut, aku juga melihat ujung kanan garis itu, terdapat gunung yang hanya
terlihat bagian puncaknya saja, karena bagian tengahnya diselimuti oleh awan
putih gemuk dan lucu.
Suara ombak
meramaikan telingaku. Aku membayangkan bahwa diriku sedang berada di surga,
tenang, nikmat dan damai sekali rasanya. Kuizinkan angin membelai wajahku
dengan lembut, menyentuh tubuhku yang mulai terasa kedinginan walau matahari
tetap tak kalah hangatnya.
Aku menyapa
pantai dalam hatiku. “Hai pantai, apa kau sadar, bahwa dirimu sangatlah cantik
dan indah?” tanyaku.
“Tentu saja
kami sadar, tapi kami tidak peduli. Cantik atau pun tidak. Kami tetaplah kami. Begitu
pun kamu,” bisik alam dengan lembut.
“Hah,
maksudnya?” aku kaget mendengar jawaban itu.
“Cantik atau
pun tidak, itu hanyalah label yang diberikan oleh manusia. Mau bagaimana pun
kami, kami tetaplah kami,” jelasnya kembali.
Aku semakin
tidak mengerti apa yang sedang kami perbincangkan. Pikiranku hanyut ke dalam
batin. Kudapati diriku sedang memperhatikan dengan seksama pertanyaan demi
pertanyaan yang mulai bermunculan dalam kepalaku.
“Apakah
golambang tahu bahwa dirinya adalah gelombang? Apakah ia tahu bahwa ia adalah
bagian dari lautan? Apakah ia tahu tugasnya sebagai gelombang itu apa?” tanyaku
bertubi-tubi.
“Kami
selalu tahu apa yang harus kami lakukan. Matahari selalu tahu kapan ia harus
terbit. Laut selalu tahu kapan ia harus tenang dan bergelombang. Angin selalu
tahu kapan ia harus berembus pelan dan kencang. Pohon selalu tahu kapan ia
harus tumbuh. Gunung selalu tahu kapan ia harus meletus. Kami selalu tahu itu,
dan kami selalu menjalankan tugas kami dengan baik,” jawabnya
“Waw, aku
tidak menyangka akan mendapat jawaban semacam itu. Tapi, mengapa kalian sulit
diprediksi? Kami tidak tahu kapan hujan akan turun. Meski langit terlihat mendung,
tapi kami tetap tidak tahu kapan hujan akan turun,” tanyaku penasaran.
“Kalian
tidak tahu, karena kalian tidak benar-benar memperhatikan kami. Padahal kami telah
dan selalu memberikan tanda-tanda itu.”
“Ohya?”
“Banyak
manusia yang hidup hanya sebatas hidup, mereka tidak ingat tentang mengapa
mereka diciptakan. Mereka tidak tahu siapa mereka, mereka tidak tahu apa misi
jiwa mereka, mereka tidak benar-benar mengenal diri mereka. Hingga mereka bingung sendiri, menjalani hidup di sini.”
“Upppssss,
aku merasa tertampar.”
“Ketika
manusia mampu terhubung dengan dirinya yang sejati, mereka akan selalu tahu apa
yang harus mereka lakukan. Mereka tidak lagi mencari inspirasi, karena
merekalah inspirasi itu sendiri. mereka tidak perlu lagi dimotivasi, karena
motivasi itu akan muncul secara alami. Mereka tidak perlu berusaha melawan
malas. Karena malas itu akan lenyap sendiri. Mereka tidak perlu berusaha untuk
disiplin karena itu akan terbentuk sendiri.”
“Waw. Apa benar
seperti itu?” tanyaku tidak percaya.
“Tentu saja.
Kau tidak akan percaya, karena kau tidak mengalaminya. Coba alamilah sendiri.
cobalah untuk lebih sering terhubung dengan dirimu sendiri. Kau akan menemukan
jawaban-jawaban yang selama ini kau pertanyakan.”
Wah, terima
kasih alam. Terima kasih telah menjawab pertanyaan-pertanyaan recehku. Aku merasa
tercerahkan hari ini. Jika ada pelajaran yang bisa aku dapatkan hari ini, pelajaran
itu adalah kita harus banyak belajar dari alam.
Aku jadi
teringat tentang ucapan Bpk Dr. Fahrudin Faiz yang berkata bahwa, Alam tidak
pernah terburu-buru tapi segalanya selalu tercapai. Misalnya, matahari tidak
pernah terburu-buru untuk terbit. Tapi dia tetap terbit juga. Ia tidak pernah
terburu-buru untuk terbenam, tapi pada akhirnya ia tetap terbenam juga.
Hendaknya
sebagai manusia kita harus banyak belajar pada alam, dan terhubung dengan alam.
Alam selalu memberi kita pelajaran yang sangat berharga, hanya saja kita tidak
menyadarinya. Jika saja kita selalu menyadari pelajaran dari alam, kita pasti
akan selalu terinspirasi dan bersemangat setiap hari.
Ohiya, satu
lagi pesan dari alam untukku yang sangat menggetarkan hati, pesan ini juga mungkin
untukmu yang sedang membaca tulisan ini. Alam berkata bahwa, “Kamu hebat dengan
caramu sendiri. Kamu unik dengan segala yang ada pada dirimu. Nikmati ritmemu. Tidak
usah terburu-buru. Selama kamu tahu tujuanmu, kamu pasti akan sampai. Kerjakan saja
tugasmu-tugasmu sebaik mungkin.”
.jpeg)
kadang kupikir hanya membuang waktu membaca tulisan yang panjang... tp apa yang kamu tuliskan beda ini renyah. jangan pernah bosan upload y ...
BalasHapuswah, terima kasih, aku merasa senang karena diapresiasi. Tapi, kamu siapa? Apa kita saling kenal di dunia nyata? Kulihat, belakangan kamu sering mengunjungi blogku, boleh aku tahu kamu siapa?
Hapusdi ruang dan waktu yg lain mungkin kita akan bertemu krn aku akan minta tanda tanganmu untuk karya-karyamu yang menemaniku. :) jng pernah tumpul...akan ada masa generasi Indo mencari buku-bukumu untuk dibaca.
BalasHapusApa sebelumnya kita pernah bertemu?
Hapusbelum, aku org Makassar... klo bkn kualitas tulisanmu tidak mungkin aku kesini...
BalasHapusJauh ya ternyata. Kalau begitu, salam kenal, Kak.
Hapus:) salam kenal, kutunggu terus karya-karyamu.
BalasHapus