Hidup adalah Proses Belajar Tanpa Henti
Beragam bacaan hari ini aku temui, meski dengan tema berbeda, semuanya saling berhubungan. Keterkaitan antara satu tulisan dengan tulisan yang lain seolah menjawab pertanyaan demi pertanyaanku yang terus bermunculan.
Rasa penasaran
yang tinggi, membuatku bersemangat untuk mencari, menggali dan menyadari apa
saja yang selama ini terlewat untukku pahami. Dan ternyata ada banyak sekali
hal-hal baru yang membuatku tersadar bahwa di dalam sebuah pembelajaran ada banyak
sudut pandang yang kita pakai untuk memaknai kehidupan ini.
Misalnya saja,
kita sedang mengamati seekor kucing. Kucing akan nampak berbeda ketika kita
melihatnya dari depan, akan nampak berbeda juga jika kita melihatnya dari
belakang, dari samping, dari atas, juga dari bawah.
Begitu pula
dengan kehidupan. Ada begitu banyak sudut pandang yang bisa kita pakai untuk
memaknai kehidupan ini. Dan kita hanya bisa menerka-nerka, karena bagiku tak
ada yang benar-benar bisa mendefinisikan kehidupan secara utuh karena setiap orang
memiliki cara pandang yang berbeda dalam memandang hidup ini. Jika ada, mungkin
pemahamanku saat ini belumlah sampai ke sana.
Bagiku tak
ada yang benar atau salah, karena semuanya tergantung dari sudut pandang mana
kita melihatnya. Dan kali ini, aku memahami bahwa diriku sedang belajar untuk
melihat kehidupan dari sudut pandang berbeda dari yang dulu – sudut pandang
yang pernah diajarkan orang tua, guru, dan lingkunganku.
Jika dulu
aku memandang hidup dengan begitu kaku. Melihat dan meyakini hanya apa yang telah
diajarkan kepadaku. Jika itu berbeda denganku, aku akan terus menilainya
sebagai sesuatu yang salah. Padahal pada kenyataannya, tidak selalu begitu.
Semakin aku
belajar, semakin aku sadar, ternyata ada begitu banyak hal yang tidak aku
pahami. Aku sadar bahwa apa yang sudah aku pelajari dari dulu, aku pahami
dengan cara yang sangat dasar, tapi ketika aku pelajari kembali, ternyata aku bisa
memahaminya dengan cara yang baru. Dan ketika pemahamanku berbeda, kehidupan
yang kujalani pun terasa berbeda.
Bayangkan,
satu buah sudut pandang bisa dipahami dengan level kesadaran yang berbeda-beda
dari setiap orang. Itu artinya, meski orang memandang suatu objek dari sudut
yang sama, belum tentu antara orang yang satu dengan orang yang lain memandang
objek tersebut dengan pemahaman yang sama.
Karena level
kesadaran dan pemahaman setiap orang bisa sangat berbeda-beda. Hingga aku
memahami kembali bahwa tidak segala hal yang pernah diajarkan kepadaku dulu
ternyata sesuai denganku. Dan tidak segala hal yang dulu diberi tahu kepadaku sesuatu
yang buruk, adalah buruk. Kita tidak bisa menilai sesuatu hanya dari
berdasarkan apa yang orang sampaikan.
Karena
kitalah yang harus mengalaminya sendiri. Aku menyadari bahwa semakin banyak aku
belajar, itu artinya aku harus bersiap dengan ujian yang akan aku terima agar
pelajaran yang aku dapat tidak hanya dari teori tapi juga dari pengalamanku sendiri.
Agar aku bisa
berbagi dan bercerita tidak hanya berdasarkan katanya orang, tapi juga berdasarkan
apa yang aku alami. Dan hal-hal yang aku alami akan jauh lebih terpercaya
dibandingkan dari toeri yang didapat karena diberi tahu orang.
Risiko dari
rasa penasaranku yang tinggi adalah kebingungan. Aku seringkali menghadapi rasa
bingung, namun aku juga selalu percaya bahwa dari kebingungan itulah Tuhan
sedang menuntunku untuk menemukan sebuah pemahaman baru yang selama ini tidak terlihat
untukku.
Dan pembelajaran
yang kupelajari saat ini adalah, ketika aku memutuskan untuk belajar, aku
haruslah siap untuk menghadapi ujian dengan tragedi-tragedi yang mungkin tidak
akan menyenangkan.
Yah,
kapasitas diriku haruslah kuperbesar agar aku bisa menampung semua yang telah
kupelajari untuk kubagikan kembali kepada siapa pun yang membutuhkannya. Dan kuharap
semoga tulisan ini dapat menjadi pembelajaran bagi orang-orang yang
membutuhkannya.
Jangan pernah
berhenti untuk belajar dan sadar. Karena dengan belajar secara sadar, tingkat
pemahaman kita dan tingkat kebahagiaan kita pun pasti akan meningkat sebab kita
tahu langkah apa yang harus kita ambil kedepannya.
kadang aku rasa kita seperti tetes air yang coba menembus batu.
BalasHapussetuju kak
Hapusaku harap bisa jadi ombak.
BalasHapuskenapa berharap jadi ombak kak?
Hapus