Salah Benar dan Cocok-Cocokan

Ada begitu banyak ilmu dan pengetahuan yang berseliweran di internet. Namun, semakin mudahnya akses mencari pengetahuan, bila tidak hati-hati kita pun bisa mudah terjerat berita hoax. Aku mengingat ada seseorang yang berkata bahwa suatu kebohongan akan menjadi suatu kebenaran jika diulang terus menerus.

Setelah mencari di internet, aku menemukan istilah efek ilusi kebenaran. yang menjelaskan bagaimana suatu informasi dapat menjadi suatu kebenaran hanya dengan diulang-ulang. Jadi di dalam dunia psikologi, sudah banyak dilakukan penelitian yang membahas tentang ini.

Pada saat kita mendengar satu informasi berulang-ulang, secara otomatis informasi itu akan terasa familiar atau akrab dengan kita. Tidak peduli informasi tersebut benar atau salah, jika ia terus diulang-ulang, kita akan percaya bahwa itu adalah suatu kebenaran.

Tadi, aku merasa bad mood karena kupikir aku telah mendapat informasi baru yang penjabarannya telah banyak di internet, tapi setelah aku menemukan satu artikel yang mengatakan hal itu hoax, aku langsung sedih karena keyakinanku telah dihancurkan. Sebab setelah kupertimbangkan lagi, ternyata benar, sepertinya itu hanyalah informasi hoax, karena sama sekali tidak masuk dalam logikaku.

Tapi, aku tidak ingin mengatakan bahwa informasi tersebut benar atau salah. Kembali lagi kepada pribadi masing-masing, karena bagiku, kebenaran atau kesalahan itu adalah cocok-cocokan. Bisa saja itu benar menurutku, tapi belum tentu benar menurutmu.

Aku lebih nyaman dengan istilah cocok-cocokan daripada istilah salah benar. Karena sesuatu yang kita anggap salah belum tentu selalu salah di mata orang, dan sesuatu yang kita anggap benar belum tentu selalu benar di mata orang.

Dengan menggunakan istilah cocok-cocokkan kurasa itu lebih aman. Karena sesuatu yang cocok belum tentu salah, belum tentu benar, selama kita cocok, kita pasti merasa nyaman. Jadi tidak perlu ada penilaian salah atau benar, karena selama hal tersebut cocok yasudah, jalani saja.

Kupikir, sepertinya dalam memilih agama pun seperti itu.

Bagi orang islam, agama islamlah yang paling benar. Bagi orang kristen, agama kristenlah yang paling benar. Dan agama-agama yang lain mungkin juga menganggap bahwa agamanyalah yang paling benar.

Hingga akhirnya tak sedikit orang yang saling membenci hanya karena memperdebatkan kebenaran. Menganggap bahwa orang yang berbeda agama dengannya sudah pasti tidak akan masuk surga karena sudah berada di jalan yang salah.

Padahal lagi-lagi, bagaimana kita bisa tahu itu benar atau salah jika kita tidak mencari tahu dan hanya mendengar dari kata orang? Karena berdasarkan pengalamanku, di saat aku bertanya tentang sesuatu yang aneh sedikit saja, aku langsung dimarah dan ditakut-takuti dengan berkata, "Jangan nanya kayak gitu, nanti Allah marah." Loh, itukan rasa penasaran, apa salah jika kita penasaran? Apa iya Tuhan akan marah hanya gara-gara hambanya bertanya hal-hal aneh? Aku rasa, Allah tidak sepemarah itu. Aku tahu, orang-orang yang berkata seperti itu, karena ia tidak tahu jawabannya, akhirnya untuk menutupi ketidaktahuannya, ia tidak segan-segan menuduh Allah akan marah, padahal dialah yang tidak tahu jawabannya, tapi karena tidak ingin terlihat bodoh, akhirnya dia menakut-nakutiku agar tidak bertanya lagi.

Berdasarkan pengalamanku yang sedari kecil telah diwariskan untuk memeluk agama islam, aku selalu diajarkan bahwa agama islamlah yang paling benar. Orang-orang yang memeluk agama lain, itu kafir karena tidak percaya pada islam. Orang-orang yang menyerupai suatu kaum akan menjadi kaum tersebut, dan itu sesat. Dan masih banyak lagi.

Hal itu kuyakini, karena pernyataan itu berulang-ulang kali disampaikan padaku. Tapi, seiring bertambahnya usiaku, seiring bertemunya aku dengan orang-orang baru yang berbeda sudut pandang denganku, berbeda agama, keyakinan dan kepercayaan denganku. Tanpa sadar ini memperluas sudut pandangku.

Aku melihat bagaimana ketika ada orang kristen yang berhasil mengajak orang beragama lain untuk memeluk agamanya, orang-orang akan mengatakan selamat kepada orang itu karena sudah berada di jalan yang benar. Pun sebaliknya, ketika ada orang islam yang berhasil mengajak orang lain untuk memeluk agamanya, orang-orang akan mengatakan bahwa selamat kamu sudah berada di jalan yang benar.

Lalu, manakah jalan yang benar-benar benar? Orang muslim bisa saja menganggap bahwa jalan yang saat ini ia lalui adalah suatu kebenaran, sedangkan menurut orang-orang yang beragama hindu, budha, atau ateis, belum tentu itu jalan yang benar bukan?

Sejak saat memahami hal itu, aku sangat berhati-hati dalam menggunakan istilah salah dan benar. Karena sesuatu yang kita anggap benar, belum tentu benar bagi orang lain. Jika orang itu tidak cukup toleransi untuk menerima sudut pandang yang baru, tentu saja ini akan menjadi suatu perdebatan yang tak berujung.

Itulah mengapa saat ini aku merasa jauh lebih nyaman ketika menggunakan istilah cocok-cocokkan. Karena di saat aku merasa cocok, aku tidak ada penilaian apakah hal tersebut benar atau salah untukku dan orang lain.

Selama sesuatu itu cocok denganku, itu artinya hal itulah yang benar untukku saat itu, dan tidak menutup kemungkinan di saat-saat yang lain hal itu tidak lagi cocok denganku. Dan aku tidak akan takut untuk melepaskannya.

Coba bayangkan, bagaimana jika setiap pemeluk agama di Indonesia ini tidak ada yang merasa agamanya paling benar. Mungkin tidak akan ada orang-orang yang akan mengusik agama lain, karena mereka memilih agamanya berdasarkan kecocokan bagi mereka.

Ada yang cocok dengan agama islam, ya jalanilah kehidupan sebagaimana orang-orang muslim. Ada yang cocok dengan agama budha, ya jalanilah kehidupan sebagaimana orang-orang budha. Ada yang cocok dengan agama hindu, ya jalanilah kehidupan sebagaimana orang-orang hindu, dst.

Tidak perlu kita memaksakan kebenaran kita kepada orang lain, karena itu belum tentu cocok dengan mereka. Lagi pula, siapa yang bisa menjamin apakah jalan yang kita lalui saat ini adalah suatu jalan kebenaran? Bagaimana jika kitalah yang salah? Apa tidak malu ketika kita ngotot dengan kebenaran kita dan ternyata kebenaran itu terbukti tidak benar?

Komentar

  1. aku memejamkan mata setelah membaca tulisan ini, teringat waktu kecil aku selalu dibawa kakek ke masjid sholat subuh, sepanjang jalan ia bercerita ttg kudanya yg pintar mungkin itu cara agar aku tidak lelah dan mengeluh krn berjalan cukup jauh. .. saat kami makin dekat dengan tujuan ia lekas menyelesaikan ceritanya tak lupa ia ucapkan semoga Allah merahmati kita, kita adalah umat yg terbaik. hingga saat ini aku masih melihat matanya yg berbinar optimist saat ia melihat masjid, ia seperti melihat surga.

    setelah menjalani hidup aku tahu tampa sholat pun kita bisa kaya. begitu banyak tentara Amerika terjun untuk menjajah Irak dan Afganistan dan di antaranya adalah kaum LGBT.
    aku jg jadi sadar, meskipun mereka kaun terkutuk Atheis yg tak perlu diperdebatkan. mereka ttp bisa menang, sialan dalam hatiku kita bukan lagi yang terbaik.

    tapi dunia ini aneh tentulah ada yang kuasa mengendalikan semuanya. saat pendirianku memudar, aku baru sadar kemenangan pun dipergilirkan. dan aku tahu negara Paman Sam tak lagi sekuat dulu lagi. sementara kekuatan besar lain yang memihak kita sedang tumbuh. kita mungkin saat ini seperti burung pipit kecil yang memadamkan api yang membakar Ibrahim AS. jd tak masalah yang kita lakukan kecil asal keyakinan itu ada, bkn keraguan yg akan membuat kita nanti pasti menyesal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku pun juga begitu, sejak kecil orang tua dan guru-guruku selalu mengajarkan padaku bahwa agama islam adalah agama yg sempurna. umat muslim adalah umat yang terbaik, yang paling dicintai Allah dan hanya umat muslim yang bisa masuk surga.

      tapi seiring berjalannya waktu, aku melihat bagaimana negara-negara muslim justru menjadi negara yang paling banyak berkonfilk dan perang. sementara negara-negara yang masyarakatnya dominan atheis justru menjadi negara yang damai dan makmur di dunia. ini bisa dicari datanya di google negara teraman di dunia dan negara paling tidak aman di dunia.

      aku pun berpikir, mengapa negara-negara teraman di dunia justru negara-negara yg mayoritasnya bukan muslim, padahal di dlm al quran, agama islam adalah agama yg terbaik dan sempurna, tidak ada kesalahan di dalamnya, dan negara-negara yang paling tidak ada aman, justru mayoritas penduduknya adalah pemegang agama islam.

      lalu apa yg salah? setelah kucari tahu dan analisis lagi, ternyata kesalahannya adalah di saat kita merasa diri kita adalah yang paling benar, yang paling baik, yang paling sempurna, akhirnya kita malas mencari tahu tentang kebenaran, karena kita sudah merasa benar, dan orang lain yang berbeda dengan kita adalah salah. kita akan membenci dan memusuhi orang-orang yang berbeda dengan kita, kita tidak takut berperang apabila orang-orang yang berbeda dengan kita itu telah menistakan agama kita. kita akhirnya dipenuhi oleh kebencian kepada orang-orang yang bersebrangan dengan kita. kita akhirnya hidup di dalam kebencian dan kemarahan.
      sementara org yg tidak merasa benar, mereka akan terus mencari dan belajar, mereka menjadi bijak, tenang, dan damai karena tidak pernah mengklaim bahwa dirinya yang paling benar, mereka terbuka dengan hal-hal baru, dll.

      koreksi ya jika sudut pandangku ada yang keliru, karena itu juga berdasarkan analisa ngacoku, tapi kurasa itu relate dengan kenyataan saat ini.

      Hapus
  2. kukoreksi itu nanti... kebetulan aku baru keluar dari lubang kesesatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa kamu menilai dirimu sesat kak? Bagaimana bisa keluar dari sana?

      Hapus
    2. banyak hal yg menjebakku...uang, wanita, kawan dan ilmu-ilmu yg sesat...semua krn aku lupa nasehat-nasehat kakekku. aku benar-benar tidak ada harapan sampai aku melihat seorang anak di sebuah masjid subuh hari ia kepayahan tp ttp berusaha menghafal ayat-ayat suci Quran...hatiku bergetar seperti melihat diriku yg dulu, namun untuk kembali sangat sulit. malam yg pekat sudah menelangku. sebuah keberuntungan sj atau Rahmat Allah itu memang benar adanya... aku sudah lama berhenti berdoa, klo aku selamat itu pasti krn do'a kakekku.

      Hapus
    3. bagiku, sesat atau tidak itu hanya masalah pikiran kita saja. sebuah persepsi yang dibuat oleh pikiran kita berdasarkan ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang kita alami. dan kurasa setiap orang harus merasakan dan mengalami tersesat agar tahu apa yang seharusnya dilakukan, dan sesat bagi setiap orang berbeda-beda bentuknya, jika saat ini aku sedang tersesat, aku sangat bersyukur sekali, karena itu artinya aku harus terus berjalan untuk mencari jalan mana yang benar untukku dan aku bisa belajar banyak hal baru dari pengalamanku sendiri, bukan hanya dari kata orang.

      Hapus
    4. jika kamu terus patuh dengan kata-kata kakekmu dan tidak pernah mengalami hal yang kamu pikir sesat itu, kurasa kamu akan terus hidup dalam ketakutan untuk menghindari itu, tapi kamu hebat karena telah berani mengakui bahwa apa yang kamu lakukan adalah sebuah kesesatan dan memutuskan untuk keluar dari sana. setidaknya kamu sekarang sudah punya pengalamannya bukan hanya sebuah teori yang disampaikan oleh kakek. dan kurasa itu bagus.

      Hapus
  3. ada pelajaran dan keberuntungan...tp sedikit banyak nurani kita bisa mati krn tak memiliki prinsip. apalagi kegelapan itu memperbudak kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kita selalu bisa menemukan cahaya di setiap kegelapan yang kita alami.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Percakapan!

Kubenci Aku!!!

Analisa Mimpi