Belajar Dari Anggota Tubuh
Saat
kuperhatikan kakiku yang sedang asik menikmati sejuknya rerumputan yang
dibasahi embun, tiba-tiba otakku mulai memainkan imajinasinya. Kubayangkan jika
tubuh fisikku ini adalah sebuah pemerintahan.
Dan kantor
pusatnya berada di kepala, hati sebagai penasihatnya. Sementara kaki, tangan dan
anggota tubuh lainnya sebagai pekerjanya yang bertugas sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya masing-masing.
Aku pun
membayangkan betapa enaknya menjadi otak. Ketika ia memerintahkan kaki bergerak,
maka bergeraklah kaki. Ketika ia memerintahkan tangan bergerak, maka
bergeraklah tangan. Enak sekali jadi otak, ia bisa memerintahkan anggota tubuh lainnya
untuk melakukan apa pun sesuai kehendaknya.
Lalu
bagaimana jika otak mulai sewenang-wenang, memerintahkan segalanya sesuai
kehendaknya tanpa memikirkan akibatnya? Pasti ini akan membuat tubuh kita menjadi
sakit, tidak seimbang dan tidak bahagia. Sepertinya dari sanalah sumber
penyakit dalam tubuh kita bermunculan.
Aku pun
berpikir, mungkin itulah mengapa hati diciptakan sebagai penasihat, agar otak
kita tidak bertindak seenaknya. Tetapi dengan syarat, otak dan hati haruslah selaras,
mereka harus saling mengetahui IP address satu sama lain agar tetap selalu bisa
terkoneksi. Jika keduanya tidak terhubung dan selaras, ini juga seringkali
menyebabkan konflik yang tak jarang berakhir menjadi penyakit.
Aku masih
terus membayangkan bahwa seluruh anggota tubuh kita ini telah memiliki peran
dan fungsinya masing-masing. Tapi, bagaimana jika salah satu anggota tubuh kita
tidak sadar akan fungsinya, bagaimana jika tangan sangat ingin menjadi telinga
karena melihat tugas telinga lebih mudah darinya, atau mulut yang ingin menjadi
mata karena ia ingin melihat indahnya dunia, atau kaki yang ingin menjadi
tangan karena ia lelah berada di bawah.
Aku membayangkan
itu saja sudah pusing sendiri. Betapa kacaunya tubuhku ketika seluruh anggota
tubuhnya tidak berfungsi sebagaimana fungsinya karena saling iri dengan anggota
tubuh yang lain. Mungkin begitu juga bumi ini ketika manusia-manusia di
dalamnya tidak menyadari misi jiwa dan fungsi hidupnya, pasti bumi akan menjadi
kacau, karena mereka lupa menggali potensinya sendiri sebab sibuk merasa iri
dan ingin menjalani kehidupan orang lain yang belum tentu perannya sama.
Ketika
tangan beralih fungsi menjadi kaki, ini bisa saja terjadi tapi dipastikan
tangan akan bekerja lebih keras daripada tangan-tangan biasa. Begitupun dengan
kaki yang lupa perannya sebagai kaki dan mencoba pekerjaan sampingan menjadi
tangan. Tentu ini bisa saja terjadi, namun dapat dipastikan ia pun membutuhkan effort
yang tidak biasa, dibutuhkan latihan dan kerja keras untuk bisa menggantikan
peran yang bukan sebagai tugas kita.
Jika ini
kita kaitkan pada kehidupan kita, yang terkadang iri ketika melihat orang lain
hidupnya nampak lebih mudah dan nyaman, lalu kita ingin memiliki hidup seperti
mereka, tapi kita tidak sadar bahwa peran yang mereka mainkan belum tentu sama
dengan peran yang kita mainkan. Sepertinya itulah pentingnya kita perlu mengetahui
peran kita dalam hidup ini.
Bisa jadi
kita merasa hidup kita berat itu semua karena kita yang tidak sadar akan peran
dan fungsi kita hidup di dunia ini. Jangan-jangan kita sebenarnya lambung yang
mencoba untuk menjadi usus, atau sebenarnya kita kaki yang mencoba menjadi
tangan, atau sebenarnya kita adalah hidung yang mencoba menjadi mulut.
Ah, iya
benar. Bisa jadi, kesulitan hidup, banyaknya masalah dan ujian yang tiada hentinya
adalah peringatan untuk kita bahwa selama ini kita sedang menjalani hidup yang
bukan seharusnya kita jalani.
Seru ya,
jika kita bisa sadar dan tahu apa peran kita dalam hidup ini dengan mudah. Jika
kamu menjadi salah satu anggota tubuh, kira-kira kamu adalah anggota tubuh yang
mana?
Mungkin akan memilih menjadi jantung atau hati. Karena menurutku hati adalah tempat validasi sebelum beralih ke otak dan dieksekusi oleh anggota tubuh yang lain.
BalasHapussemoga menjadi hati yang amanah dan mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Hapus