#catatanbelajar Lambang-Lambang Memudahkan, Matematika Menyenangkan
Gila ya,
matematika ini keren banget. Istilah-istilahnya itu mirip bahasa filsafat. Pantas
aja, banyak penemu-penemu dahulu yang ahli filsafat, dia juga jadi ahli
matematika. Karena emang keduanya itu saling berhubungan. Bahasa dari
rumus-rumus atau lambang-lambang matematika ini benar-benar bahasa tentang
kehidupan. Memang agak sulit dipahami, karena bahasanya tidak menggunakan bahasa
sehari-hari melainkan bahasa yang jarang kita pakai. Tuhkan, kembali lagi ke
masalah bahasa.
Semuanya emang
saling berhubungan dan berkaitan sih. Mulanya aku belajar matematika, aku
diarahkan belajar tentang lambang-lambangnya, ketika aku pelajari lambangnya
aku terkejut bahasanya kenapa jadi sangat filsafat sekali. Ketika aku telaah
lagi, kenapa ini berhubungan dengan kata-kata baku, kata-kata yang jarang
dipakai di kehidupan sehari-hari kita. Kenapa? Padahal sebenarnya kalau kita
paham, semua itu sangat membantu kehidupan kita sehari-hari.
Awalnya,
belum saja aku memulai pelajaranku, kepalaku sudah pusing duluan, tapi aku
tidak mau lagi mengikuti badanku yang kadang juga menipuku. Aku berikan afirmasi
kepada diriku dengan berkata, “Elin, lambang ini justru memudahkan dan
mempersingkat loh. Terlanjur kelihatan susah karena dulu kamu sudah termakan
oleh dogma bahwa matematika itu susah. Susah karena kamu tidak paham dan tidak
mengerti. Jika kamu paham, semuanya pasti menjadi lebih mudah. Ini gampang,
kok. Ayo, hancurkan mindset susah itu, belajarlah dengan bersenang-senang. Semua
yang kamu pelajari itu akan memudahkan hidupmu jika kamu paham. Jangan batasi
dirimu oleh asumsimu sendiri, semua yang kamu sangka susah itu hanya karena kamu
tidak paham saja.”
Hari ini
aku belajar tentang asumsiku sendiri. Ketika aku melihat lambang-lambang yang
tidak aku mengerti, badanku seketika merasa lemas. Otakku mengirimkan sinyal ke
seluruh tubuhku bahwa ini akan menjadi pelajaran yang berat untukku, karena di
pikiranku lambang-lambang itu adalah sesuatu yang susah. Padahal jika aku paham
dan fokus mempelajarinya, itu semua tidak seberat yang aku pikirkan. Terkadang memang
pikiran suka berasumsi sendiri, ia seringkali mengabaikan kenyataan. Padahal pada
kenyataannya, tidaklah seburuk itu.
Ketika aku beres
berdialog dengan diriku sendiri, aku kembali bersemangat lagi. Aku menemukan pemahaman-pemahaman
baru lagi. Aku baru ngeh kalau ternyata lambang-lambang yang dipakai dalam
rumus matematika itu semua dari alfabet yunani, mulai dari alfa sampai omega
semua itu dijadikan notasi-notasi matematika.
Ketika aku
belajar tentang notasi-notasi sederhana itu, aku baru tahu kalau ternyata, sebuah
algoritma itu dapat diukur kompleksitasnya dengan sebuah matrik yang diberi
nama Big O. Dengan Big O ini, kita bisa tahu seberapa efisien algoritma yang
kita gunakan dalam membuat sebuah program.
Mungkin
kalau dulu aku serius belajar di bangku kuliahku, mungkin pemahaman ini sudah
aku tahu dari dulu. Aku sempat menyesali diriku, tapi kembali lagi aku diingatkan
bahwa setiap pelajaran dan pemahaman itu akan dialami di waktu terbaik. Mungkin
dulu kamu sudah pelajari itu, tapi kamu belum benar-benar paham. Dan pemahaman
datang tidak selalu harus datang saat itu juga, bisa jadi pemahaman menghampirimu
dalam waktu setahun dua tahun atau tiga tahun mendatang, tergantung pada
kesiapanmu. Mungkin kamu baru siap sekarang, makanya pemahaman itu baru datang
kepadamu sekarang.
Komentar
Posting Komentar